h1

Chivalrous man, is there one left (or even existed) for me?

February 10, 2010

Karena aku Katolik, sudah selayaknya aku berusaha memelihara harapan yang baik. Tapi mata manusia juga melihat kenyataan yang tidak sesuai harapan, degradasi kualitas pria. Sebagai wanita yang berusia 30 lebih dan masih single, pertemuan dengan pria sudah tak terhitung banyaknya. Begitu banyaknya namun mereka membentuk pola karakter yang hampir mirip : selfish caveman. Aku pun juga bukan wanita ladylike, karena jika bertindak demikian, aku akan lapar dan tak terurus, aku sudah terbiasa menjaga diri sendiri. Lantas, apakah menjadi wanita setangguh pria itu adalah sebuah pilihan bagiku? Sekali-kali TIDAK!

Sebagai wanita saya perlu pria. Tetapi, pria yang sampai sekarang saya temui (apalagi akhir-akhir ini) sangat mengecewakan. Bilang ‘I love you’ tapi giliran di follow up, malah bilang kalau yang dia maksud adalah ‘Cinta sebagai teman dan saudara’. Ha..ha..ha… Cintaku yang bersemi manis di kala Natal langsung terjun bebas, bunuh diri! Flop!

Sebagai wanita pun, saya mempunyai sisi emosional yang aktif. Itu saya akui, tetapi naluri wanita pula yang sering memperdamaikan emosi dengan logika. Bahkan sekarang ini, saya merasa jauh lebih logis daripada masa 20an saya. Tentu saja! đŸ˜›

Tetapi apa yang terjadi pada pria-pria? Terakhir apa yang terjadi pada pria yang aku kenal adalah : too emotional for a very wrong reason!

Suatu hal yang sangat sia-sia, dan akupun sering merasakannya…. menjadi terluka untuk alasan yang salah adalah sia-sia, oleh karena itu saya sudah belajar banyak untuk bangkit dari keterpurukan emosi. Tapi apa yang terjadi di depan mata saya sungguh hal yang lucu, satire sekaligus memprihatinkan. Wanita setahu saya memang banyak mengeluh, perasaanku tersakiti… namun apa yang dilakukannya? menekan luapan emosi yang tak perlu dan mencoba berpikir logis… Tetapi pria ini, menjadi emosional bahkan untuk alasan yang tidak nyata, dan SELURUH DUNIA seakan harus berhenti berputar memberi atensi padanya. Sekali lagi saya bilang MEMBERI ATENSI, bukan memberi inspirasi untuk bangkit, bukan memberi semangat untuk jalan terus…. NO!

Sang manusia gua itu telah bangkit! “I don’t care anything of what you say (and obviously your good intentions!) what I FEEL now is HURT (well, although for my own imaginative reason anyway that no longer existed)”. Tidak mau menerima apologies, tidak mau membahas apa yang terjadi, tidak mau menerima kata hiburan, tidak mau mendengar penjelasan, tidak mau disemangati dan tentu saja TIDAK APRESIATIF terhadap lawan bicara yang mencoba memberi masukan positif…. jadi maunya masuk gua gelap, tanpa oksigen dan tak peduli apa yang terjadi di luar sana.

Dimana pria-pria ksatria?

Dimana pria yang sportif menerima kritikan, berpikir logis TANPA kehilangan empati? Masih adakah pria yang benar-benar LISTENING others? Masih adakah pria yang dengan refleks menawarkan bantuan melihat orang lain dalam kesusahan? (teringat seorang pria yang hanya diam saja melihat orang lain kesusahan menarik panel kaca yang macet… what? it’s not my problem!)

Saya tiba-tiba menjadi sangat prihatin.

Saya teringat dan tampak jelas dalam pikiran saya sebuah pribadi yang sangat-sangat ksatria, KSATRIA SEJATI, namun Dia-pun juga tidak mendapat tempat di banyak hati orang : Jesus!

Tak hanya membantu orang, menyembuhkan orang sakit, tetapi juga rela berkorban bagi yang dicintainya. Dan dia telah disalib kurang lebih 1977 tahun yang lalu!

Masih adakah pria yang terinspirasi akan Ksatria sejati ini dan meneladani karakter pribadinya yang luar biasa?

Adakah aku hanya menebar harapan kosong belaka jika aku mendambakan pasangan hidup seorang pria berjiwa ksatria? Aku sih berharap tidak. Suatu saat nanti ya Tuhan…. suatu saat nanti, Kau kirimkan aku my knights-man in his shining armour, ready to take me riding the journey towards Thee, My Lord. Amen.

I know nobody is perfect, but certainly not a selfish caveman. Kami mohon…. kabulkanlah doa kami ya Tuhan.

 

 

Leave a comment